Jumat, 13 Januari 2012

Makalah "Angka harapan hidup''

ANGKA HARAPAN HIDUP










KeIas : 3 EB 06


Disusun Oleh :

Nurul Khotimah


UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN 2012





BAB I
PENDAHULUAN


I.1 Konsep Dasar
Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.










BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi
Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Angka Harapan Hidup Saat Lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu.

II.2Kegunaan
Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gisi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.
Publikasi Statistik Kesejahteraan Rakyat tahun 2008 merupakan laporan hasil pengumpulan data Susenas 2008 dengan menggunakan Daftar VSEN2008.K, yagn dilaksanakan secara sampel di seluruh wilayah Indonesia. Data disajikan dalam bentuk table presentase dan grafik menurut provinsi. Pada beberapa table ulasan, data yang disajikan juga menurut jenis kelamin untuk melihat ada tidaknya perbedaan gender pada aspek tertentu.




BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Beberapa aspek yang dicakup dalam publikasi ini antara lain : kependudukan, kesehatan, pendidikan, fetilitas dan Keluarga Berencana, perumahan, konsumsi/pengeluaran dan keadaan social ekonomi rumah tangga lainnya. Beberapa gambaran pokok mengenai aspek-aspek tersebut diuraikan sebagai berikut :
• Sebanyak 29,30 persen penduduk Indonesia berusia muda (0-14 tahun), 65,05 persen berusia produktif ( 15-64 tahun ), dan hanya 5,65 persen yang berumur 65 tahun lebih, sehingga diperoleh angka ketergantungan (dependency ratio) penduduk Indonesia sebesar 53,73.
• Banyaknya penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu sebesar 30,90 persen, dengan perbandingan antara daerah perkotaan dan pedesaan yakni 29,26 persen dan 32,18 persen. Provinsi Jambi dengan presentase 21,03 persen merupakan provinsi dengan penduduk yang mengalami keluhan terendah sedangkan presentase tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Timur (45,70).
• Persentase penduduk berusia 10 tahun ke atas yang tidak/belum pernah bersekolah adalah 7,57 persen. Angka persentase terendah terdapat di Provinsi Sulawesi Utara, yaitu hanya 0,90 persen, sedangkan yang tertinggi di Papua yaitu sebesar 23,35 persen.
• Modus usia perkawinan pertama adalah 19-24 tahun (41,49%). Namun persentase wanita pernah kawin yang usia perkawinan pertamanya kurang dari 16 tahun juga masih cukup tinggi yaitu sebesar 11,23 persen. Perkawinan dibawah umur ini terutama terjadi di pedesaan (13,49%), sementara diperkotaaan hanya 8,13%. Persentase wanita yang kawin pada usia muda sangat bervariasi antar-provinsi dengan angka terendah di Nusa Tenggara Timur (1,71%), sedangkan tertinggi di Jawa barat (18,54%).
• Penduduk Indonesia pada umumnya bertempat tinggal di rumah yang beratap genteng (64,32%), persantase tertinggi terdapat di Jawa Timur (96,40%), dan terendah terdapat di Nusa Tenggara Timurn (1,34%), berlantaikan “Bukan Tanah” (86,21%), persentase tertinggi di DKI Jakarta (97,76%) dan terendah di Nusa Tenggara Timur (56,81%), dan berdinding tembok (63,74%), tertinggi di Bali (92,41%) dan terendah di Kalimantan Tengah (12,17%).
• Modus rata-rata pengeluaran penduduk sebulan berada pada golongan pengeluaran antara Rp. 200.000 – Rp. 299.999, dengan persentase sebesar 30,71%. Provinsi DKI Jakarta modus pengeluaran penduduknya jauh diatas rata-rata nasional yaitu pada golongan pengeluaran Rp 500.000 – Rp 749.999 sebesar 33,82%. Sedangkan provinsi Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Barat berada dibawah angka rata-rata nasional, yaitu masing-masing pada golongan pengeluaran Rp 100.000 – Rp 149.999 sebesar 34,29% dan golongan pengeluaran Rp 150.000 – Rp 199.999 sebesar 27,74%.
• Secara nasional terdapat 15,13% rumah tangga yang pernah mendapatkan pelayanan kesehatan gratis selama 6 bulan terakhir, dengan persentase tertinggi di Provinsi Papua Barat (41,37%) dan terendah di Provinsi DKI Jakarta (7,95%).

III.2 Saran
Dengan terbentuknya makalah ini, kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca yang sifatnya membangun.







DAFTAR PUSTAKA

http://www.datastatistik-indonesia.com/
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (Statistics Indonesia of The Republic Indonesia)
Jl. Dr. Sutomo 6-8 Jakarta 10710 Indonesia, Telp (62-21) 3841195, 3842508, 3810291, Faks (62-21) 3857046, Mailbox : bpshq@bps.go.id